Minggu, 26 Juli 2009

"Stay Hungry. Stay Foolish." (Tetaplah Lapar. Selalu Merasa Bodoh).

Hari ini akan saya ceritakan tiga kisah dalam hidup saya.

Cerita pertama saya.
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat?

Mereka menjawab, "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya –yang hanya pegawai rendahan– habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga menumpang tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga.

Saya beri Anda satu contoh : Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.

Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau apapun istilah lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami –Macintosh– satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?

Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.

Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali– saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta.

Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya. Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.

Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari.

Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar."

Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri, "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu –semua harapan eksternal, kebanggaan, takut, malu atau gagal–tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan.

Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.

Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang.

Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna.

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.

Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma –yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960- an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.

Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish." (Tetaplah Lapar. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu.

Tuhan Memberkati!

Selasa, 21 Juli 2009

Cinta Yang Sempurna

Sepasang pria dan wanita menikah, dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.


Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia….."
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman… Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir….. "Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya. "Oh tidak, lanjutkan…" jawab suaminya. Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu". Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…. " Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…..

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah disekeliling kita ? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Biarkan Tuhan Yang menilai

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang.Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain.

JANGAN PEDULIKAN apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.

Tetapi, percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.

(Mother Theresa)

Jumat, 17 Juli 2009

Orang Tua dan Anak

Tahun 2005 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah. Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun.

Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika, "Apa yang kamu inginkan ?"

Dika hanya menggeleng. "Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?" tanya saya.

"Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat. Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog. Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya.

Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemampuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 - 160. Namun ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas).

Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian.

Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal. Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :....", Dika pun menjawab : "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja"

Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjadwalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di komputer dan sebagainya. Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana yaitu diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya. Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ...." Dika pun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya, "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu".

Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua.

Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ...". Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya" Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil. Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak : .." Dika pun menjawab "Tidak menyalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa"

Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.

Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....." Dika pun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawaban Dika yang polos dan jujur itu saya diingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan. Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang .....", Dika pun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahan nya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku".

Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya. Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ....." Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku". Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anak-anaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih.

Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ...." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata "tersenyum". Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari. Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku. ..." Dika pun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus" Saya tersentak sekali! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki.

Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya.

Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choice" sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan".

Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para orang tua harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat yang baik..

Ibu

Pada suatu sore yang cerah, seorang anak menghampiri ibunya di dapur yang sedang menyiapkan makan malam ,dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai dia tulis. Si ibu tersenyum menyambut kertas itu, dan setelah mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya.

Dan inilah tulisan si anak itu:
Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7.500,00
Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5.000,00
Untuk pergi ke toko menggantikan Mama Rp. 10.000,00
Untuk menjaga adik waktu Mama belanja Rp. 15.000,00
Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5.000,00
Untuk raport yang bagus Rp. 25.000,00
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12.500,00
Total jumlah hutang Rp. 80.000,00

Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu. Kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:

Untuk sembilan bulan ketika Mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut Mama, GRATIS.

Untuk semua malam ketika Mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, GRATIS.

Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, GRATIS.

Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, GRATIS.

Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, GRATIS.

Anakku, dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Mama adalah GRATIS.

Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: “Ma, aku sayang sekali pada Mama”.

Dan kemudian ia mengambil pulpen dan menulis dengan huruf besar-besar: “LUNAS”

Apakah menurutmu ini cerita yang indah?
Jika ya, kabarkanlah pada semua orang, bahwa orang yang paling mencintainya, selalu ada di dekatnya: SEORANG IBU.

Kepada Anaku

Hanya untuk pagi ini, aku akan tersenyum bila aku melihat wajahmu dan aku tertawa, bila aku merasa seperti mau menangis. Hanya untuk pagi ini, aku membiarkan kamu untuk memilih apa yang kamu ingin kenakan dan tersenyum serta mengatakan, alangkah sempurna kelihatannya. Hanya untuk pagi ini, aku tidak mencuci pakaian, melainkan menjemput dan membawamu ke taman untuk bermain.

Hanya untuk pagi ini, aku tinggalkan gerabah dalam bak cuci dan membiarkan kamu mengajarku bagaimana bermain bersama dengan teka-teki. Hanya untuk sore ini, aku akan mencabut hubungan telepon dan mematikan komputer dan kemudian bersamamu duduk di kebun belakang meniup gelembung sabun. Hanya untuk sore ini, aku tidak akan berteriak, bahkan tidak mengomel sedikitpun bila kamu berteriak dan menangis untuk boleh membeli es cream dan aku akan membelikanmu bila penjualnya lewat rumah. Hanya untuk sore ini, aku mengijinkanmu untuk membantuku membuat kue dan membiarkanmu mengerjakan sendiri. Hanya untuk sore ini, kita akan pergi ke McDonald untuk makan malam bersama, supaya kamu mendapatkan barang mainan sebagai hadiah.

Hanya untuk malam ini, aku akan memelukmu dan menceritakan kisah kelahiranmu dan betapa sayangnya aku kepadamu. Hanya untuk malam ini, aku memperkenankanmu bermain di dalam bak mandi dan aku tidak akan marah. Hanya untuk malam ini, aku membiarkan kamu pergi tidur agak malam, sehingga kita dapat duduk di teras dan menghitung bintang-bintang di angkasa. Hanya untuk malam ini, aku akan memanjakanmu selama berjam-jam, dan aku rela tidak mengikuti acara TV favoritku. Hanya untuk malam ini, bila aku mengusap-usap rambutmu selama kamu berdoa, aku akan bersyukur bahwa Tuhan telah memberikan hadiah yang terbesar yang pernah Ia berikan.

Aku akan ingat para ibu dan ayah yang sedang mencari anak-anaknya yang hilang, para ibu dan ayah yang mengunjungi makam anak-anak mereka ketimbang kamar tidurnya, para ibu dan ayah yang berada di rumah sakit menyaksikan penderitaan anak-anaknya yang tak semestinya sehingga membuat mereka menjerit-jerit bahwa mereka di dalam hati tidak tahan lebih lama lagi.

Dan bila aku menciummu selamat tidur, aku akan mendekapmu lebih erat dan lebih lama lagi. Pada saat itulah, aku amat bersyukur kepada Tuhan, dan aku tidak akan meminta apa-apa lagi, kecuali satu hari lagi……

Selasa, 14 Juli 2009

Stay Foolish, Stay Hungry

Pidato Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Studio Animasi Pixar, di acara pelepasan mahasiswa Stanford, 12 Juni 2005.

Hari ini akan saya ceritakan tiga kisah dalam hidup saya.

Cerita pertama saya.
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat?

Mereka menjawab, "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya –yang hanya pegawai rendahan– habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga menumpang tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga.

Saya beri Anda satu contoh : Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.

Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau apapun istilah lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami –Macintosh– satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?

Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.

Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali– saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta.

Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya. Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.

Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari.

Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar."

Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri, "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.

Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu –semua harapan eksternal, kebanggaan, takut, malu atau gagal–tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan.

Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.

Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang.

Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna.

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.

Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma –yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960- an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.

Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish." (Tetaplah Lapar. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu.

Tindakan Ikut Menetukan Hasil

Pernahkah Anda memperhatikan bahwa ternyata, pada umumnya manusia melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukannya dihari-hari sebelumnya. Dengan kata lain kita melakukan aktivitas yang itu-itu saja dari hari ke hari. Itulah sebabnya, kita selalu dapat memperkirakan apa yang akan kita hasilkan dihari itu. Karena, kita tahu bahwa sebuah tindakan ikut menentukan hasil yang kita dapatkan.

Setiap hari kita bertanya; mengapa hidupku tidak kunjung mengalami perbaikan? Padahal, kita menjalani hidup dengan cara yang sama dengan hari-hari sebelumnya. Suatu ketika, saya memasuki sebuah bangunan dimana dinding di keempat sisinya didominasi oleh kaca transaparan. Begitu bersihnya kaca-kaca itu, sehingga kita bisa melihat keluar dengan jelas. Selain saya, didalam ruangan itu terdapat seekor burung liar. Ketika saya masuk, dia terlihat panik dan berusaha menjauh. Namun ketika hendak terbang keluar, dia menabrak kaca hingga nyaris terhempas. Dia mencoba lagi, dan menabrak kaca lagi. Sampai berkali-kali. Meski ingin menolongnya, namun saya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Hey, pintunya ada disamping kiri...." saya berkata, meski tahu bahwa dia tidak akan mengerti. Suatu ketika, burung itu kelelahan. Dia tidak terbang dan menabrak kaca lagi. Kali ini dia diam saja. Kepalanya yang mungil mendengak-dengok ke kiri dan ke kanan. Seolah dia mencari tahu; benda apa yang tadi ditabraknya? Saya tidak tahu, apakah burung kecil itu sudah menyadari keberadaan kaca itu atau tidak. Tetapi, sekarang dia tidak mau terbang lagi. Dia memilih untuk menclak-menclok diantara kusen-kusen kayu dipinggir bangunan. Saya mengira dia kapok terbang. Sehingga bertambahlah rasa kasihan saya. Seandainya saja bisa menangkapnya, saya akan membawanya keluar dari sana.

Tetapi, ternyata semua dugaan saya salah. Setelah beberapa kali menclak menclok, burung itu kemudian masuk kedalam lubang angin yang sempit. Lalu dia menelusuri lorong gelap itu. Dan akhirnya sampai disisi lain dinding bangunan. Sekarang dia sudah sampai kealam luas tanpa batas. Lalu terbang dengan teramat bebas!

Saya tertegun. Lantas berucap terimakasih kepada sang burung. Dia telah mengingatkan saya tentang apa yang selama ini saya lakukan setiap hari. Setelah selama bertahun-tahun saya melakukan tindakan yang sama, mestinya saya tahu bahwa hasilnya pasti akan sama. Tetapi, kadang pikiran ini tertimbun kepicikan sehingga menjadi begitu dangkal. Sehingga, meskipun tahu bahwa tindakan yang saya ulang-ulang itu hanya akan memberikan hasil yang sama, tetapi setiap akhir tahun saya suka bertanya; mengapa tahun ini saya tidak mendapatkan peningkatan yang bermakna? Mengapa pencapaian saya tahun ini hanya begini-begini saja? Mengapa pendapatan saya tahun ini sama saja dengan tahun lalu? Dan sejuta tanya lainnya.

Tiba-tiba saja burung itu menyadarkan saya, bahwa untuk mendapatkan hasil yang berbeda; saya harus melakukan sesuatu yang berbeda. Bahkan burung itu rela menunjukkan bahwa terbang dan menabrak kaca hanya akan menjadikan jiwanya terancam. Dia mengulanginya lagi untuk menegaskan pelajaran itu. Pelajaran bahwa; jika kita melakukannya lagi, maka kita akan mendapatkan hasil seperti sebelumnya lagi.

Sekarang burung kecil itu menunjukkan kepada saya tindakan yang berbeda sama sekali. Meski dia punya sayap, dia tidak tergoda untuk kembali mengepak terbang. Kali ini dia menclak-menclok dengan kaki-kaki mungilnya. Lalu menelusuri lubang angin itu. Dan. Seperti yang saya saksikan; dia mendapatkan hasil yang berbeda. Dia berhasil mendapatkan apa yang diharapkannya.

Sekarang, saya mengerti; mengapa hasil yang kita dapatkan dari tahun ke tahun sama saja. Karena, kita tidak mengubah apapaun dari perilaku kita. Karena, kita tidak mengubah apapaun dari cara pandang kita. Karena kita tidak melakukan sesuatu yang berbeda dalam hidup kita. Sang burung kecil berkata; "Kalau kamu ingin mendapatkan hasil yang berbeda, maka kamu harus melakukannya dengan cara yang berbeda."

Ubahlah sesuatu, maka hasilnya akan berubah pula. Bagaimana seandainya kita bersikukuh untuk tidak melakukan perubahan? Silakan saja. Bukankah hidup ini merupakan sederetan pilihan? Kita semua berhak untuk bersikukuh pada jalan mana yang kita tempuh. Kita semua berhak untuk tetap berdiri pada cara kita sendiri. Pada sudut pandang kita sendiri. Dan kepada kebenaran diri kita sendiri. Namun, jangan lupa akan konsekuensinya. Sehingga, kita tidak akan pernah mengeluhkan hasilnya. Jadi, jika kita tidak mau berubah; maka sebaiknya kita tidak menuntut perbaikan hasil. Kenapa? Karena hasil yang lebih baik hanya akan kita dapatkan jika kita bersedia melakukan perubahan. Jika tidak? Maka kita hanya akan mendapatkan yang itu-itu saja.

Tak menagis Kalau kalah

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?"

Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.

Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata.

Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.

Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.

Air Mata

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”

Si ibu terdiam sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

******

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi “kerang biasa” yang disantap orang, atau menjadi “kerang yang menghasilkan mutiara”. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang “biasa-biasa saja”.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu..

“Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.”

Biji Apel

Holaram,sang menteri dari Negeri Zimbakyu, sedang menghadiri suatu konfrensi internasional. Secara kebetulan tempat duduk dia bersebelahan dengan tempat duduk seorang menteri dari negara Paman Sam yang kebetulan beragama Yahudi. Kebetulan-kebetulan semacam itu membuat dia bingung, tetapi apa boleh buat? Kalau pindah tempat duduk, takut dianggap penghinaan terhadap wakil resmi negara paman Sam.

Sebagaimana biasanya dalam konfrensi internasional, pidato-pidato yang dibacakan itu semuanya sudah tertulis rapih, dibuat oleh staf-staf ahli para menteri yang menyampaikan dan akan dipelajari oleh staf staf ahli para menteri yang mendengarkannya. Para menteri yang hadir, hadir karena harus hadir.

Hanya basa-basi. Ada yang mengantuk, bahkan ada yang tiduran. Ada yang sampai ngorok. Membosankan! Hola harus menyembunyikan rasa kesal di balik seyum yang palsu. Ia harus menunjukkan sikap ramah terhadap perwakilan paman Sam yang beragama Yahudi itu. Kalau tidak, bantuan tahunan dari beberapa lembaga keuangan yang diberikan kepada negaranya atas jaminan negara paman Sam bisa mengalami kemacetan. Apa boleh buat!

Sejak mulainya rapat itu, Hola melihat sesuatu yang aneh. Sebentar –sebentar Menteri dari Negara Paman Sam memasukkan tangan ke dalam kantong jasnya, mengeluarkan sesuatu dan memakan nya.Aneh! Kerena begitu ingin tahunya, akhirnya Hola bertanya kepada Menteri Zionis itu, "Tuan Menteri, kalau boleh tahu, apa yang sedang anda makan dari tadi?"

“Oh tentu saja, lihat ini, biji apel”, jawabnya, sambil mengeluarkan 2 biji apel dari kantong nya. "Biji apel? Tuan Menteri memakan biji apel? Apa khasiat nya ?", Hola heran sekali.

“Ha,anda belum tahu? Hasil riset kami bertahun tahun membuktikan bahwa biji apel bisa mencerdaskan kita, menambah kemampuan dan kinerja otak,” kata Menteri dari Paman Sam menjelaskan. “Benarkah demikian? Apabila Tuan Menteri tak keberatan, bisakah saya mencoba biji itu?” Hola tergiur untuk mencobanya. Sayang sekali, tinggal dua biji. Begini saja; satu untuk saya dan satu untuk anda. Tetapi anda harus membayar 10 dollar untuk satu biji ini.” Dalam perhitungan Paman Sam selalu akurat, tidak pernah salah. Hola senang sekali, ah rupanya itulah rahasia kecerdasan bangsa Amerika. “Terima kasih, terima kasih. Tuan menteri begitu baik hati, memberikan sesuatu yang sangat berharga, bermanfaat sekali.”

Setelah memakan biji apel itu, Hola mulai berpikir, “Edan-gila-tidak waras, sepuluh dollar untuk satu biji apel!”. Ia menahan-nahan rasa kesalnya, akhir meluap juga, “Tuan Menteri, baru terpikir sekarang oleh saya. Dengan uang 10 dollar mungkin saya bisa beli beberapa kilo apel. Tadi Tuan menjual satu biji seharga 10 dollar. Betapa bodohnya saya!”

“Nah itu, lihat bukti keampuhannya! Begitu makan biji apel itu, anda memperoleh pencerahan. Anda baru sadar bahwa anda bodoh. Itu hasil biji apel tadi. Sekarang anda cerdas. Anda tidak akan dibodohi lagi dan semuanya itu kerena satu biji apel,benarkan? " ujar Menteri Paman Sam.

PENCERAHAN BERASAL DARI DALAM DIRI KITA, BUKAN DARI LUAR! diambil dari buku: “PANAS DINGIN, secangkir kopi kesadaran seusaimeditasi”, oleh Anand Krisna dari milis motivasi

Telur Columbus

Sepulang Columbus dari perjalanannya yang fenomenal “menemukan” benua Amerika, berbagai penghargaan dan penghormatan datang melimpahinya. Namanya tenar dan perjalanannya menjadi pembicaraan di mana-mana. Walaupun banyak orang yang mengakui pekerjaannya sebagai sebuah prestasi, ternyata tidak semua orang dapat mengapresiasi dan menerima penghargaan yang diberikan atas kepeloporan Columbus. Apapun motif yang ada di benaknya, mereka senantiasa mencela Columbus.

“Ah, kalau cuma melakukan perjalanan seperti itu aku juga bisa, cuma aku saja yang nggak mau,” kata mereka.

Mendengar kata-kata miring yang ditujukan kepadanya, Columbus mendatangi mereka sambil membawa sebutir telur. Katanya, “Kalau kamu memang bisa melakukan seperti yang aku lakukan, sekarang tolong kamu buat supaya telur ini dapat berdiri tegak pada ujungnya.”

Mendapat tantangan Columbus, orang-orang itu satu persatu mencoba memberdirikan telur itu. Semua mencoba dan semua gagal karena telur itu selalu terguling setiap dicoba untuk diletakkan pada posisi berdiri. Setelah berulang-ulang mencoba dan gagal, akhirnya mereka menyerah.

“Kalau kalian menyerah, maka aku akan tunjukkan kepada kalian bagaimana membuat telur itu dapat berdiri di meja,” kata Columbus. Maka diambilnya telur itu, lalu diletakkannya dengan keras di meja sehingga bagian bawahnya retak. Dan telur itupun dapat berdiri di atas meja.

Melihat telur dapat berdiri di meja tapi dilakukan dengan cara seperti itu, orang-orang kemudian protes. “Kalau caranya seperti itu, kami semua juga dapat membuat telur itu berdiri di atas meja.”

“Kalau kamu dapat melakukan seperti yang aku lakukan, mengapa kamu tidak melakukannya sejak tadi..?”

***

Kalau tidak berhati-hati menjalani keseharian, kita bisa jatuh pada sikap seperti orang-orang yang mencela Columbus; meremehkan sebuah prestasi hanya karena menganggap diri kita bisa melakukan hal yang sama. Yang kadang kita lupa dan sering abaikan, “merasa bisa” dan “terbukti bisa” adalah dua hal yang berbeda.

Padahal, memuji dan menghargai dengan tulus kepeloporan orang lain justru menunjukkan kerendahan hati dan ketinggian kualitas pribadi seseorang.(Sumardiono)

Saya Belajar

Saya belajar apa yang saya anggap terbaik, bukan tentu yang terbaik dari-Nya. Dan sebaliknya, yang terbaik dariNya belum tentu kita senangi. Teruslah bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat dan karunia-Nya. Manusia hanya dapat terus berdoa dan berusaha untuk mendapat yang terbaik dari-Nya.

Saya belajar seberat apa pun cobaan yang diberikan oleh-Nya, pada akhirnya akan membuat kita menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab dan berguna. Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati ikhlas dan tulus. Everything happens, happens 4 a reasons.

Saya belajar bahwa kedewasaan itu lebih berkaitan dengan berapa banyak pengalaman yang kita miliki dan apa yang kita pelajari dari pengalaman tersebut, dan kurang berkaitan dengan telah berapa tahun usia kita.

Saya belajar walaupun kita berpikir tidak ada lagi yang dapat kita berikan dan lakukan, ketika seorang teman kesusahan dan membutuhkan kita, kita akan selalu menemukan kekuatan dan jalan untuk terus menolong.

Saya belajar jangan membandingkan diri sendiri dan kesusahan kita dengan orang lain, karena masing-masing kita berbeda.

Saya belajar bahwa latar belakang & lingkungan mempengaruhi pribadi saya, tapi kita tetap bertanggung jawab & menentukan masa depan kita sendiri.

Saya belajar bahwa saya harus bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan, tidak peduli bagaimana perasaan kita.

Saya belajar bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya dapat berlaku sesuka hati saya tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Saya belajar bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya...

Saya belajar bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya....

Saya belajar jangan menilai orang dari penampilannya saja, itu bisa menipu. Bicara dan kenalilah orang tersebut lebih mendalam. Setiap orang memiliki kelebihan dan kebaikannya masing-masing,meskipun tidak ada orang yang sempurna di dunia.

Saya belajar di saat susah lebih terlihat mana teman sejati dan bukan.

Saya belajar bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda yang sama, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda....

Saya belajar bahwa saya tidak dapat merubah orang yg saya sayangi, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri....

Saya belajar bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa saat saja untuk menghancurkannya...

Saya belajar bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya...

Saya belajar hanya karena 2 orang berbeda pendapat dan tidak terlihat mesra, bukan berarti mereka tidak saling menyayangi, mencintai & setia. Dan hanya karena mereka selalu sependapat dan terlihat mesra, bukan berarti mereka selalu saling menyayangi, Mencintai & saling setia.

Saya belajar bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati...

Saya belajar bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak menyayangi saya....

Saya belajar bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain menyayangi saya. Saya hanya dapat menunjukkan & melakukan sesuatu untuk orang yang saya sayangi... selanjutnya terserah mereka

Biarkan Tuhan Yang Menilaimu

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang.Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain.

JANGAN PEDULIKAN apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.

Tetapi, percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.

(Mother Theresa)

Selasa, 07 Juli 2009

Si Dia Berbohong? Ini Dia Tanda - Tandanya

Memang menyebalkan kalau kita dibohongi oleh pasangan kita. Rasanya curiga tapi nggak yakin apa dia bohong atau jujur terhadap kita..Lalu bagaimana cara untuk mendeteksi apakah si dia sedang berbohong? Berikut ini beberapa bahasa tubuh yang mengidentifikasikan kalau si dia sedang berbohong.





Pandangan mata

Cobalah tatap matanya tatap matanya saat bicara kalau dia bohong biasanya dia tidak berani menatap langsung dan memalingkan wajahnya kearah lain. Tapi ada juga sinyal lainnya seperti menggaruk atau mengusap matanya sekilas. Karena adanya insting untuk membuang tatapan matanya. Patut dicurigai juga jika kamu meminta penjelasan darinya dan dia menjawab pertanyaanmu sambil menaikkan alis matanya seperti ingin meyakinkanmu untuk percaya padanya.



Terlalu detail

Ketika kamu bertanya padanya “Kamu darimana saja?” Dan ia menjawab “Aku tadi habis dari toko buku di jalan X. Habis beli buku buat tugas mata kuliah ekonomi. Hampir saja aku terjatuh tadi Kakiku jadi terkilir sedikit. Ramai sekali disana banyak diskon jadi aku harus mengantri lama banget deh.”

Jika jawaban dia terlalu detail bisa jadi dia sedang sedang berpikir mencari alasan kebohongan dengan pemikiran yang terlalu rinci.



Bicara cepat dan tidak jelas

Perhatikan kecepatan bicaranya. Jika setelah ditanya dia menjawab pertanyaan dengan cepat dan seperti ingin buru buru menyelesaikan percakapan.



Tiba – tiba memuji

Ketika kamu tanya tiba tiba dia malah memuji penampilanmu mmhh.. curigalah jika dia tiba-tiba memuji disaat yang tidak tepat siapa tahu dia sedang berusaha mengalihkan arah pembicaraan.



Tidak konsisten saat berbicara

Jika kamu menanyakan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang dan jawaban dia berubah-ubah wah itu merupakan sinyal bahwa dia sedang berbohong karena biasanya orang yang berbohong cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dia katakan dan menciptakan kebohongan baru untuk menutupi kebohongan awalnya.



Bahasa tubuh yang aneh

Perhatikanlah gerak gerik tubuhnya apabila dia tiba tiba terlihat grogi menggaruk hidungnya padahal tidak gatal memegang lehernya meremas tangannya memainkan rambutnya atau membenahi bajunya padahal nggak ada yang salah dengan bajunya. Hal tersebut merupakan sinyal bahwa si dia sedang grogi dan tidak merasa nyaman dengan apa yang sedang dia bicarakan karena dia berbohong.

Slow Down, God is Still in Heaven

You are not responsible for doing
it all yourself, right now.
Remember a happy, peaceful time in your past.
Rest there. Each moment has richness
that takes a lifetime to savor.
Set your own pace.
When someone is pushing you,
it's OK to tell them they're pushing.

Take nothing for granted:
watch water flow, the corn grow,
the leaves blow, your neighbor mow.
Taste your food.
God gives it to delight as well as to nourish.
Notice the sun and the moon as they rise and set.
They are remarkable for their steady pattern
of movement, not their speed.

Quit planning how you're going to use
what you know, learn, or possess.
God's gifts just are;
be grateful and their purpose will be clear.
When you talk with someone,
don't think about what you'll say next.
Thoughts will spring up naturally if you let them.
Talk and play with children.
It will bring out the unhurried little person inside you.

Create a place in your home...
at your work...in your heart...
where you can go for quiet and recollection.
You deserve it.
Allow yourself time to be lazy and unproductive.
Rest isn't luxury; it's a necessity.
Listen to the wind blow.
It carries a message of yesterday, tomorrow
and now. NOW counts.

Rest on your laurels.
They bring comfort whatever their size,
age, or condition.
Talk slower. Talk less.
Don't talk. Communication isn't measured by words.
Give yourself permission to be late sometimes.
Life is for living, not scheduling.

Listen to the song of a bird; the complete song.
Music and nature are gifts,
but only if you are willing to receive them.
Take time just to think.
Action is good and necessary,
but it's fruitful only if we muse, ponder, and mull.
Make time for play - the things you like to do.
Whatever your age, your inner child needs re-creation.

Watch and listen to the night sky.
It speaks.
Listen to the words you speak, especially in prayer.
Learn to stand back and let others take their turn as leaders.
There will always be new opportunities
for you to step out in front again.

Divide big jobs into little jobs.
If God took six days to create the universe,
can you hope to do any better?
When you find yourself rushing & anxious, stop.
Ask yourself "WHY?"
you are rushing and anxious.
The reasons may improve your self-understanding.
Take time to read.
Thoughtful reading is enriching reading.

Direct your life with purposeful choices,
not with speed and efficiency.
The best musician is one who plays with expression and meaning, not the one who finishes first.
Take a day off alone; make a retreat.
You can learn from monks and hermits without becoming one.
Pet a furry friend.
You will give and get the gift of now.

Work with your hands.
It frees the mind.
Take time to wonder.
Without wonder, life is merely existence.
Sit in the dark.
It will teach you to see and hear, taste and smell.

Once in a while, turn down the lights,
the volume, the throttle, the invitations.
Less really can be more.
Let go. Nothing is usually the hardest thing to do
but often it is the best.
Take a walk-but don't go anywhere.
If you walk just to get somewhere,
you sacrifice the walking.

Senin, 08 Juni 2009

TERTAWA ITU SEHAT

Tertawa dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa suara tawa dapat membuat tubuh lebih kebal dari
penyakit hingga 40 persen. Tertawa menjadikan tubuh kita lebih aktif
menghadang infeksi dan kuman penyakit. Tertawa juga mempermudah
pernapasan. Dengan tertawa, udara jenuh dalam tubuh lebih mudah
keluar. Udara tersebut akan digantikan oleh udara segar yang
diperlukan tubuh. Pergantian udara memperkaya kandungan oksigen dalam
darah serta membersihkan alat-alat pernapasan.

Tertawa itu menyehatkan. Bukan hanya bagi tubuh, namun juga bagi
hati. Hati yang gembira bersukacita di dalam Tuhan, melayani Dia
dengan gembira, dan menikmati kebaikan-Nya. G.K. Chesterton
berpendapat, ibadah kita seharusnya menjadi sukacita tanpa akhir.
Sayangnya, menurut pengamatan Philip Yancey, orang kristiani
cenderung hebat dalam bekerja, ahli dalam berdoa, namun tertinggal
dalam soal tawa-tertawa. Kalau tidak percaya, silakan saja bertanya,
apa kesan orang pada umumnya tentang kekristenan. Apakah "keriangan"
termasuk gambaran yang melintas dalam benak mereka?

Kemampuan untuk tertawa, terlebih menertawakan diri sendiri, termasuk
salah satu tanda kedewasaan. Di satu sisi, tertawa memperlihatkan
kesadaran dan penerimaan: bahwa kita ini memang makhluk-makhluk
berdosa yang ada kalanya bertingkah bodoh, dan karena itu
menggelikan. Di sisi lain, tertawa menyiratkan pengakuan: bahwa hanya
dengan pertolongan Tuhanlah kita bisa mengatasi kebodohan tersebut.

Nah, sudahkah Anda tertawa hari ini?

Kamis, 04 Juni 2009

Menolong orang kecil

> > 1. Kalau beli majalah, jangan beli di dalam
> supermarket atau toko
> >buku.
> > Tetapi usahakan untuk membelinya dari kios
> pinggir jalan atau pun di
> > lampu merah
> > Sehingga uang keuntungan akan masuk ke orang
> kecil.
> > 2. Kalau beli sayur-sayuran, mungkin bisa beli di
> tukang sayur yang
> lewat
> > di rumah daripada beli di supermarket.
> > Kebanyakan dari kita tidak ada di rumah pada
> saat tukang sayur
> > lewat,tetapi bisa juga kita titipkan dengan
> > pembantu/tetangga.Agak lebih repot sedikit,
> tetapi uangnya akan
> >masuk
> > ke orang kecil.
> > 3. Ada baiknya secara berkala, misalnya satu
> bulan sekali, kita panggil
> > tukang nasi goreng/tukang sate yang
> > lewat di depan rumah. Walaupun kita tidak
> terlalu ingin makan nasi
> > goreng atau sate, tetapi boleh lah
> sekali-sekali
> > membeli dagangan mereka.
> > 4. Sering kita berjalan-jalan dan mendapati
> beberapa orang berjualan
> kue,
> > misalnya kue pancong, kue ape, dsb. Beli.
> > Untuk kita uangnya tidak seberapa, tetapi untuk
> mereka akan sangat
> > berguna. Tentu saja jangan keseringan, karena
> nanti
> > kita juga bosen.
> > 5. Gue orang yang paling anti sama pembajakan,
> tetapi saat ini
> >masalahnya
> > udah lebih jauh daripada sekedar
> prinsip-prinsip
> > dasar. Gue mulai membeli DVD/VCD bajakan,
> karena dengan itu uang yg
> gue
> > keluarkan akan dapat membantu si penjual (dan
> > bukan masuk ke hollywood). Cara buruk untuk
> membenarkan pembajakan,
> > tetapi: orang-orang kita sedang terpuruk dan
> > ada agenda yg lebih penting untuk di
> selesaikan.
> > 6. Untuk yang cowok -- mungkin jika tidak terlalu
> pusing sama model
> > rambut,ada baiknya mulai potong rambut di
> barbershop
> > ketimbang di salon. Lumayan bisa menolong
> mereka.
> > 7. Kalo mo service ke bengkel,mendingan nggak ke
> dealer tapi ke
> >bengkel umum /biasa. 8. Sebulan sekali gaji yang
> kita peroleh bisa
> >kita sisihkan ke yatim
> piatu
> > atau janda janda tua atau
> > orang yang berhak /yang membutuhkan.
> > 9. Bagi yang punya mobil ada baiknya kita sewaktu
> waktu naik angkutan
> >umum, kayak bis, mikrolet, bajai dan becak, buat
> > nambah penghasilan mereka.
> >
> > Kalau di dalam mailing list ini ada 30 orang,
> rasanya uang yang turun
> > Ke bawah cukup lumayan. Jika kita beli nasi
> goreng seharga 4000
> > rupiah satu kali sebulan, maka Uang yang kita
> "berikan" ke orang
> > kecil sudah mencapai 120 ribu sebulan
> >
> > itu hanya dari urusan nasi goreng.
> >kalau kita membiasakan diri untuk melakukan ini,
> > maka mudah-mudahan secara perlahan kita bisa
> menyeimbangkan
> >distribusi uang ke bawah.
> >
> > Apalagi jika Anda mau meneruskan usul ini.
> > Atau jika itu terlalu muluk -- paling tidak kita
> sudah memainkan
> > peran kita untuk menolong orang kecil.

Rabu, 03 Juni 2009

Tips Sukses Saat Kencan Pertama...

Ibarat mendapat durian jatuh saat "si dia," sang pujaan hati, mengajakmu pergi bersama. Segala hal pasti kamu persiapkan dengan sungguh-sungguh. Mulai dari pakaian, sepatu, make-up, asesoris bahkan parfum pun dipilih yang paling istimewa untuk memberi kesan yang indah padanya. Tetapi sebenarnya, bukan cuma penampilan aja yang harus kamu persiapkan, lho....ada beberapa hal yang wajib kamu perhatikan juga. Penasaran pengen tau apa aja…?

Berikut ini ada beberapa tips ringan tentang apa yang sebaiknya kamu lakukan saat kencan pertama agar acara berduaan dengan si dia berjalan mulus.

1. Be Your Self

Tampillah sebagai diri sendiri dan lakukan dengan penuh wibawa. Senyum yang

termanis dan bersikap ramah adalah sebuah kado istimewa yang bisa

meruntuhkan hatinya.

2. Jaga Sikap

Usahakan untuk bertanya tentang dirinya dan menghindari berbicara tentang

mantan kekasihmu. Satu hal yang harus diingat … jangan terlalu banyak

bertanya.


3. Tunjukkan Ketertarikanmu Padanya

Tunjukkan dengan bahasa tubuhmu bahwa kamu menginginkannya. Sedikit

menggoda itu perlu dan jangan biarkan ia yang senantiasa memujimu.


4. Tetap Berpegang Teguh Pada Etika

Kalau kamu merasa sangat gembira pada kencan pertama ini, tentu saja wajar

adanya. Akan tetapi tetaplah memegang teguh etika. Misalnya, gunakan pakaian

yang pantas dan batasi jumlah makanan yang kamu makan.


5. Ciptakan Suasana yang Menyenangkan

Seorang yang selalu tampak gembira biasanya membuat lawan jenis lebih

tertarik untuk selalu ingin di dekatnya.


6. Jangan Terlalu Agresif

Jangan terlalu agresif, salah-salah ia akan lari seribu langkah karena takut

dengan keberanian kamu.


Bila ternyata beberapa hari setelah pertemuan itu dia gak memberikan kabar, sebaiknya lupakan saja. Susun rencana lain wat mencari kecengan baru...

TNI Siap Perang demi Keutuhan NKRI

Rabu, 3 Juni 2009 | 18:23 WIB

BANJARMASIN, KOMPAS.com — Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan selalu siap sedia menjaga dan mengamankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan cara berperang sekali pun. "Keutuhan NKRI adalah harga mati bagi setiap masyarakat Indonesia kepada siapa saja yang berani mengganggu kedaulatan negara ini," tegas Panglima TNI Jenderal Joko Santoso di Banjarmasin, Rabu (3/6).

Kehadiran Panglima TNI di Banjarmasin dalam rangka pelaksanaan program bhakti TNI di Rumah Sakit TPT Banjarmasin.

Saat ditanya apakah TNI siap untuk perang, Panglima mengatakan, "TNI siap perang asalkan itu diputuskan oleh bangsa dengan putusan politik antara pemerintah dan DPR."

Menurut Joko, TNI adalah penjaga kedaulatan, jadi akan selalu menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia.

Saat ditanya mengenai kasus Ambalat, Joko menjelaskan, TNI akan selalu siap mewaspadai setiap ancaman yang datang dari luar. "Kami akan menghalau negara mana pun yang memasuki wilayah kesatuan Republik Indonesia tanpa izin dengan cara yang sesuai prosedur dan aturan yang berlaku," tegasnya.

"Untuk itu, dengan adanya kesiapan TNI dalam menjaga keutuhan NKRI, maka siapa saja dalam hal itu negara mana pun yang memasuki wilayah Indonesia tanpa meminta izin akan ditegur dan diminta untuk meninggalkan NKRI," jelasnya.

Disinggung masalah alutsista, dikatakan, sampai saat ini TNI masih mengalami kekurangan dalam masalah anggaran. Kendati begitu, TNI AD dalam waktu dekat sudah menerima beberapa helikopter yang dibeli oleh Pemerintah Indonesia untuk pelaksanaan operasi di lapangan.

"Tapi ke depan pemerintah sudah mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan maupun pengadaan baru seperti akan membeli sebuah kapal selam untuk TNI AL," kata Panglima TNI.

Kamis, 28 Mei 2009

DIANTARA HITAM DAN PUTIH

LANGITKU GELAP, HITAM
TAK NAMPAK WARNA PUTIH DISANA
APAKAH PUTIH ITU SUDAH TIADA ????
APAKAH PUTIH ITU SUDA MEMUDAR ????

LANGIT YANG GELAP
LANGIT YANG HITAM
SUNGUH TIDAK ADA BEDANYA

MATAHARI YANG TERLIHAT HITAM SINARNYA DI SIANG HARI
BULAN YANG TERLIHAT GELAP DIMALAM HARI
HUH !!!! DASAR MANUSIA BERDASI YANG TAK BERPERASAAN
TIDAK PUNYA OTAK, TAPI BISA MENJADI SEORANG PEJABAT

NEGERI YANG SAKIT DENGAN WARGA YANG BERPENYAKIT
ALANGKAH BODOHNYA MEREKA INI
MENGORBANKAN DIRI UNTUK MEMBERI MAKAN BAYI - BAYI YANG BERKUMIS
MENYUAPI MANUSIA - MANUSIA YANG TAK BERNURANI

KOLUSI, KORUPSI BAHKAN NEPOTISME
MENJADI SUATU HAL YANG LUMRAH DAN WAJAR DINEGERI INI
KOLUSI , KORUPSI DAN NEPOTISME
MENJADI SUATU CABANG YANG DI PEREBUTKAN UNTUK MENGHASILKAN SUATU PRESTASI
KEMANA HATI NURANI DAN AKHLAK MEREKA
APAKAH SUDAH HILANG DAN LENYAP????
APAKAH DIGONDOL KUCING DAN DI GORENG????
DASAR !!!! MORAL YANG ADA UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI
DASAR !!!! MORAL YANG ADA SUDAH TERKIKIS DENGAN BESARNYA JUMLAH NOMINAL

DIMANAKAH KISAH INDAH TENTANG NEGERI INI DAHULU
KISAH YANG SERING DI BANGGA - BANGGAKAN
APAKAH HARUS CERITA ITU MUSNAH
SEIRING DENGAN WAKTU DAN SIFAT KETAMAKAN MANUSIA?

Rabu, 13 Mei 2009

Domain Gratis

domain gratis .tkIni'>http://www.dot.tk/images.v2/dottk_logo.gif">
Ini satu lagi ada domain gratis yang sudah lama, tapi belum kami tulis,
Dot.tk sudah lama mengeluarkan service domain'>http://www.ilmuwebsite.com/domain_registration/">domain gratis, tapi yang mengecewakan
sekarang ada banner iklan nya...

Alamat url nya: http://www.dot.tk

Nanti alamat url anda : Sekian%20den%20terimakasih%20:)domain'>http://www.ilmuwebsite.com/domain_registration/">domain registration dengan judul Free'>http://www.ilmuwebsite.com/detil_domain_registration/5/Free_Domain_.tk/">Free Domain .tk

Jumat, 27 Maret 2009

Aku Terpaksa Menjadi Tikus

Aku terpaksa menjadi "tikus" yang terus menggerogoti uang rakyat. Berlimpahnya gelimangan rupiah, dollar bahkan euro telah memaksaku untuk menjadi seekor tikus. Aku berpikir lebih baik aku tidak bertopengkan kucing karena aku tak ingin menjadi seekor tikus yang munafik. Lebih baik aku menjadi jujur pada diriku, hidupku, dan nuraniku daripada aku harus selalu bertopengkan kebaikan untuk menggerogoti hak-hak mereka.Setahun ini aku benar-benar selalu terpusingkan dengan semakin meningginya harga barang, bahkan segenggam beraspun sudah tak sanggup aku beli sehingga aku harus mengumpulkan ceceran beras di gudang bulog yang sudah hampir membusuk. Menimba ilmu? ah... itu basa-basi. Bagaimana mungkin aku bisa belajar dengan tenang di saat perut tak lagi berisi. Belum lagi bila harus mendengar caci petugas administrasi kampus yang selalu menagihkan uang SPP.Ingin rasanya mengencangkan ikat pinggang, tapi apa daya ikat pinggangpun tak sanggup terbeli. Berteduh dari rintik hujan semakin sukar, karena tak lagi ada pohon rindang tempatku bermain dulu yang telah dilahap oleh kucing rakus dari tanah seberang. Belum lagi diriku harus bertahan dari dinginnya emperan toko yang telah menjadi sungai kecil. Walau kadang aku dapat membahagiakan diriku dengan sesekali berenang di kolam buatan bekas tambang emas atau batubara yang akupun tak tahu telah berapa banyak dollar mengalir ke kocek tuan tanah dari negeri seberang itu.Menjadi tikus adalah bukan sebuah pilihan, karena pilihan lain adalah mengakhiri hidup seperti siswa SD di tanah Jawa yang malu karena tak mampu membayar uang sekolah. Aku belum cukup berani untuk itu. Aku pun tidak ingin menjadi seekor tikus gembul yang membuat badanku tak lagi mampu berlari. Aku hanya perlu untuk bisa tetap hidup. Aku hanya butuh untuk bisa tetap melangkah. Mencari ganjal perut di tempat sampah yang telah dipenuhi oleh racun pun tak apa kujalani, namun itu tak mungkin kuberikan pada mereka yang sangat aku sayangi. Aku tetap ingin mereka hidup dengan layaknya. Bisa makan tiga kali sehari dengan menu empat sehat lima sempurna. Bisa punya baju baru yang bisa dipamerkan pada teman-teman mereka saat hari besar agama. Bisa tetap memegang selembar buku dan setangkai pensil untuk mencatatkan pelajaran yang tidak mungkin mampu diingat seluruhnya.Dan aku juga tidak ingin menjadi tikus yang merugikan bagi saudaraku sedarah yang selama ini hidup berdampingan dengan aku. Terkadang aku muak dengan jargon-jargon kawan-kawanku yang selalu meneriakkan kesejahteraan, kebahagiaan, keceriaan. Mereka berteriak, tapi mereka juga menjadi seekor tikus besar. Menghisap darah saudaranya, menyikut hidup kerabatnya. Demi sebuah tegaknya dagu kehormatan diri. Sejatinya mereka bahkan tidak lagi cukup hanya menjadi tidak lapar, tapi mereka ingin tidur di tumpukan dollar.Sesekali aku berhadap orang dari negeri seberang yang membawa berkarung-karung harta mau membagikan sekeping emas padaku. Saat mereka tiba mereka selalu bilang padaku, mereka ingin lestarikan pohon tua itu, mereka ingin agar saudara-saudaraku tidak lapar, mereka ingin agar negaraku menjadi lebih makmur. Senyatanya mereka sendiri yang menghabiskan berkarung-karung harta yang mereka bawa. Hanya serpihan dan debu harta merekalah yang sempat dirasakan kawan-kawanku. Setelah dahaga mereka tercukupkan, berlayarlah mereka ke pulau sebelah dan mengatakan pada majikannya bahwa mereka telah melakukan tugas dengan baik dan benar.Lalu, salahkah bila aku menjadi seekor tikus yang mengerat remah-remah? Ataukah aku harus tidak lagi boleh berdiri tegak di tanah yang tergadaikan ini? Menjadi tikus, bukan kucing bertopeng tikus, adalah sebuah cita bagi diriku. Agar aku tetap dapat menyaksikan semua drama kemunafikan dengan mata kepalaku sendiri. Bukan dari dongeng klasik seperti yang selalu diperdengarkan oleh ibuku disaat aku masih belum mampu berdiri tegak di atas tanah yang telah tergadaikan ini.Mungkin suatu saat aku tak lagi menjadi seekor tikus. Karena kucing telah bergeliat bangun dari tidur panjangnya setelah sekian lama dibius oleh aroma kemewahan yang dibawa oleh serigala putih dari negeri utara. Namun aku akan tetap menjadi tikus dan akan ajak saudaraku untuk menjadi tikus, mempersatukan para tikus untuk melawan serigala putih yang saat ini tengah berdiri dengan angkuhnya.[050511:19.36]:: sebuah coretan kecil terhadap banyaknya serigala berbulu domba disekitarku

Menjadi Yang Terbaik

Ketiga banyak orang saat ini berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam sa tu kompetisi yang dinamakan PEMILU, ada beberapa orang yang menikmtinya tapi ada juga beberapa orang yang hanya sekedar tahu, bahkan ada juga yang tidak tahu dan tidak berpengaruh sedikitpun..
hal yang paling mengesankan adalah bayak hal yang dilakukan untuk memenangkan kompetisi itu meski meraka tiudak tahu yang mereka lakukan legal atau ilegal..
Banyak cara, banyak perilaku, banyak jurus-jurus yang dikeluarkan, bahkan banyak materi yang sangat menguras isi kantong mereka..
Apa yang mereka cari ?
itu yang menjadi pemikiran kita, ada tanda tanya besar yang tersirat di raut wajah orang-orang yang tergheran-heran dengan tingkah laku kompetisi yang berlangsung 5 tahunan ini.
Menjadi Terbaik.. itu yang menjadi prinsip mereka yang mengikuti kompetisi ini, nah sekarang tinggal kita menunggu dengan berharap cemas, bukan siapa atau jago siapa yang menang tapi menunggu dengan berharap cemas agar negara ini aman tenteram meski berbeda team untuk memenangkan kompetisai, tapi satu hal yang perlu diingat adalah kita semua keluarga, kita semua sedarah.. INDONESIA..
Menjadi yang terbaik bukan dari luarnya saja tapi benar-benar dari dalam lubuk hati.. itu Harapan kita..Semoga.

Beng